Kekasihku bukan dewa yang maha mengetahui, ia buta dan tuli, ia juga bisu dan setengah mati. Ia nampak malang sekali, tapi ia mampu menenggelamkan aku dalam kutukan-kutukan sial sepanjang usia dan kehidupan.
Kekasihku setiap hari tak henti-henti memuji dan melukai, ia lihai dalam dua hal sekali jalan. Ia bukan dewa tapi ia punya jurus mematikan dan melumpuhkan mental.
Kekasihku tidur dan bangun dalam keadaan senang, ia buta dan tuli tak bisa diajak bicara sebab selalu tunggu nanti. Aku sudah menunggunya menjelang mati, tapi ia tetap buta dan tuli.
Kekasihku abadi di dalam kepalaku sampai mati, menjelma luka-luka yang setiap hari aku bawa tertawa. Kekasihku juara satu dalam merayu dan meramu kata untuk dewi-dewi yang suci.
Kekasihku makhluk yang mulia, ia tak pernah dinamai dosa.
Kekasihku tumbuh saat aku runtuh, kekasihku kokoh saat aku rapuh.